بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Kitab Talmud adalah kitab suci yang terpenting bagi kaum Yahudi,
bahkan lebih penting daripada Kitab Perjanjian Lama, yg juga dikenal dgn
nama Kitab Taurat. Bukti tentang hal ini dapat ditemukan dalam Talmud
‘Erubin’ 2b (edisi Soncino) yang mengingatkan kepada kaum Yahudi, “Wahai
anakku, hendaklah engkau lebih mengutamakan fatwa dari para Ahli Kitab
(Talmud) daripada ayat-ayat Taurat”.
Para pendeta Parisi mengajarkan, doktrin dan fatwa yang berasal dari
para rabbi (pendeta), lebih tinggi kedudukannya daripada wahyu yang
datang dari Tuhan. Talmud mengemukakan hukum-hukumnya berada di atas
Taurat, bahkan tidak mendukung isi Taurat. Bahkan para pendeta Talmud
pun mengklaim bahwa sebagian dari isi Kitab Talmud merupakan himpunan
dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s. secara lisan. Sampai
dengan kedatangan Nabi Isa a.s. Kitab Talmud belum dihimpun secara
tertulis seperti bentuknya yang sekarang.
Dalam tafsir Al Marâghi dijelaskan bahwa ‘Uzair adalah seorang pendeta
(kâhin) Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan orang-orang
Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyu-wahyu
Allah di kitab Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman as.
Sehingga segala sumber yang yang dijadikan rujukan utama adalah yang
berasal dari ‘Uzair, karena menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah
satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya
menisbatkan ‘uzair sebagai anak Allah.
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang
Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai
berpaling? (QS. At-Taubah,9:30).
Dari ayat tsb nampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina
Allah, karena telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal Allah
Subhanahu wa Ta'ala tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, (QS.
Al-Ikhlash 112 :3).
Seorang peneliti Yahudi, Hyam Maccoby, dalam bukunya ‘Judaism on Trial’
mengutip pemyataan Rabbi Yehiel ben Joseph, bahwa “Tanpa Talmud kita
tidak akan mampu memahami ayat-ayat Taurat … Tuhan telah melimpahkan
wewenang ini kepada mereka yang arif, karena tradisi merupakan suatu
kebutuhan yang sama seperti kitab-kitab wahyu. Para arif itu membuat
tafsiran mereka … dan mereka yang tidak pernah mempelajari Talmud tidak
akan mungkin mampu memahami Taurat.”
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penyelewengan dalam masalah
akidah merupakan tindakan yang sangat sesat, karena sekitar 1/3 dari
kandungan Al-Quran menjelaskan tentang kidah/kepercayaan atas semua
rukun iman yang harus diyakini oleh setiap manusia.
Nabi Isa a.s. sendiri mengutuk tradisi ‘mishnah’ (Talmud awal), termasuk
mereka yang mengajarkannya (para hachom Yahudi dan kaum Farisi), karena
isi Kitab Talmud seluruhnya menyimpang, bahkan bertentangan dengan
Kitab Taurat. Kaum Kristen, karena ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini
menyangka Perjanjian Lama merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi.
Sangkaan itu keliru.
Nabi Isa a.s. sendiri mengutuk tradisi ‘mishnah’ (Talmud awal), termasuk
mereka yang mengajarkannya (para hachom Yahudi dan kaum Farisi), karena
isi Kitab Talmud seluruhnya menyimpang, bahkan bertentangan dengan
Kitab Taurat. Kaum Kristen, karena ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini
menyangka Perjanjian Lama merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi.
Sangkaan itu keliru.
Terhadap tradisi ‘mishnah’ itu para pendeta Yahudi menambah sebuah kitab
lagi yang mereka sebut ‘Gemarah’ (kitab “tafsir” dari para pendeta).
Tradisi ‘mishnah’ (yang kemudian dibukukan) bersama dengan “Gemarah’,
itulah yang disebut Talmud. Ada dua buah versi Kitab Talmud, yaitu
‘Talmud Jerusalem’ dan ‘Talmud Babilonia’. ‘Talmud Babilonia’ adalah
kitab yang paling otoritatif.
Memang ada kelompok di kalangan kaum Yahudi yang menolak Talmud, dan
tetap berpegang teguh kepada kitab Taurat (Taurat ada dua Versi : Taurat
asli dan Taurat versi Perjanjian Lama yang sekarang). Mereka ini
disebut golongan 'Karaiyah', kelompok yang sepanjang sejarahnya paling
dibenci dan menjadi korban didzalimi oleh para pendeta Yahudi orthodoks.
Kitab Talmud adalah sebuah kitab paling berbahaya yang pernah ada di muka bumi.
Kitab Talmud bukan saja menjadi sumber dalam penetapan hukum agama,
tetapi juga menjadi ideologi dan prinsip-prinsip, serta arahan bagi
penyusunan kebijakan negara dan pemerintah Israel, dan menjadi pandangan
hidup orang Yahudi pada umumnya. Itu pula sebabnya mengapa negara
Israel disebut sebagai negara yang rasis, chauvinistik, theokratik,
konservatif, dan sangat dogmatik.
Ilmuwan terkenal dalam bidang kebudayaan Ibrani dan kajian tentang
Talmud, Joseph Barcley, menyatakan: “....Sebagian teks yang ada dalam
Talmud adalah ekstrim, sebagiannya lagi menjijikkan, dan sebagian lagi
berisi kekufuran..... “karenanya, banyak penguasa negara (raja dan
kaisar) dan penguasa agama (Paus) di Eropa mengharamkan beredarnya kitab
ini".
Talmud merupakan manifesto yang paling berbahaya kepada perikemanusiaan.
Ia lebih berbahaya daripada buku Mein Kampf, karya Hitler. bahkan Kitab
Talmud ini menggariskan penghancuran total semua agama dan peradaban
yang ada di dunia, demi terciptanya sebuah masyarakat Zionis
internasional
Saat ditanya, kenapa orang Israel bisa melakukan berbagai kekejaman
terhadap orang Palestina, Pappe menjawab, “Ini buah dari sebuah proses
panjang pengajaran paham, indoktronasi, yang dimulai sejak usia taman
kanak-kanak, semua anak Yahudi di Israel dididik dengan cara ini. Anda
tidak dapat menumbangkan sebuah sikap yang ditanamkan di sana dengan
sebuah mesin indoktrinasi yang kuat, yaitu menciptakan sebuah persepsi
rasis tentang orang lain yang digambarkan sebagai primitif, hampir tidak
pernah ada, dan penuh kebencian: Orang itu memang penuh kebencian, tapi
penjelasan yang diberikan di sini adalah ia terlahir primitif, Islam,
anti-Semit, bukan bahwa ia adalah seorang yang telah dirampas tanahnya.”

Indoktrinasi terhadap anak-anak Israel berlanjut hingga ia besar.
Ayat-ayat Talmud dijadikan satu-satunya “pedoman moral” bagi mereka.
Yang paling utama adalah indoktrinasi bahwa "hanya orang-orang bangsa
Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia
melainkan binatang." (Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a). “Orang-orang
non-Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.”
(Orach Chaiim 57, 6a). "Orang-orang Non Yahudi boleh dibantai / dibunuh
karena hukumnya Wajib." (Sanhedrin 58).
Penanaman doktrin rasisme yang terdapat dalam Talmud dilakukan para
orangtua kaum Zionis kepada anak-anak mereka sejak dini. Survei yang
diadakan oleh Ary Syerabi, mantan perwira dari Satuan Anti Teror Israel,
terhadap 84 anak-anak Israel usia sekolah dasar, saat dia bergabung
dengan London Institute for Economic Studies. Ary Serabi ingin
mengetahui perasaan apa yang ada di dalam benak anak-anak Israel
terhadap anak-anak Palestina sebaya mereka yang sesungguhnya. Kepada
anak-anak Israel itu Ary memberikan sehelai kertas dan pensil, lalu
kepada mereka Ary berkata, “Tulislah surat buat anak-anak Palestina,
surat itu akan kami sampaikan pada mereka. ”
Hasilnya sungguh mencengangkan. Anak-anak Israel yang menyangka suratnya
benar-benar dikirim kepada anak-anak Palestina. Mereka menulis surat
mereka dengan sebenar-benarnya, keluar dari hati terdalam. Apa saja yang
mereka tulis? Salah satu surat ditulis oleh seorang anak perempuan
Israel berusia 8 tahun. Ia mengaku menulis surat kepada anak perempuan
Palestina seusianya. Isi suratnya antara lain:
"Sharon akan membunuh kalian dan semua penduduk kampung… dan membakar
jari-jari kalian dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami, wahai
monyet betina. Kenapa kalian tidak kembali ke (tempat) dari mana kalian
datang? Kenapa kalian mau mencuri tanah dan rumah kami? Saya
mempersembahkan untukmu gambar (ini) supaya kamu tahu apa yang akan
dilakukan Sharon pada kalian…ha…ha…ha”
Bocah Israel itu menggambar sosok Sharon dengan kedua tangannya menenteng kepala anak perempuan Palestina yang meneteskan darah.
Metoda kerja yang dipakai oleh ‘Protokol’ untuk menghancurkan suatu
masyarakat cukup jelas. Memahami metoda itu penting jika seseorang ingin
menemukan makna dari arus serta arus-balik yang membuat orang menjadi
frustrasi ketika mencoba memahami kekacauan keadaan masa kini. Orang
menjadi bingung dan hilang semangat oleh berbagai teori masa kini dan
suara-suara yang centang-perenang. Setiap suara atau teori itu
seakan-akan dapat dipercaya dan menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Kalau saja kita dapat memahami makna dari suara yang centang-perenang
dan berbagai teori yang amburadul itu, maka hal itu akan menyadarkan
kita bahwa kebingungan dan hilangnya semangat masyarakat merupakan
sasaran yang dituju oleh ‘Protokol’. Ketidakpastian, keragu-raguan,
kehilangan harapan, ketakutan, semuanya ini merupakan reaksi yang
diciptakan oleh program yang diuraikan di dalam ‘Protokol’ yang
diharapkan tercapai. Kondisi masyarakat dewasa ini merupakan bukti
efektifnya program tersebut.
Pelaksanaan ajaran Talmud tentang keunggulan kaum Yahudi yang didasarkan
pada ajaran kebencian itu telah menyebabkan penderitaan yang tak
terperikan terhadap orang lain sepanjang sejarah ummat manusia sampai
dengan saat ini, khususnya di tanah Palestina. Ajaran itu telah
dijadikan dalih untuk membenarkan pembantaian secara massal penduduk
sipil Arab-Palestina. Kitab Talmud menetapkan bahwa semua orang yang
bukan-Yahudi disebut “goyim”, sama dengan binatang, derajat mereka di
bawah derajat manusia. Ras Yahudi adalah “ummat pilihan”, satu-satunya
ras yang mengklaim diri sebagai keturunan langsung dari Nabi Adam a.s.
Beberapa kutipan yang diangkat dari Kitab Tamud dalam uraian berikut ini
merupakan dokumen asli yang tidak-terbantahkan, dengan harapan dapat
memberikan pencerahan kepada segenap ummat manusia, termasuk kaum
Yahudi, tentang kesesatan dan rasisme dari ajaran Talmud yang penuh
dengan kebencian, yang menjadi kitab suci baik bagi kaum Yahudi
Orthodoks maupun Hasidiyah di seluruh dunia.
Beberapa Contoh Isi Ajaran Talmud Erubin 2b, “Barangsiapa
yang tidak taat kepada para rabbi mereka akan dihukum dengan cara
dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka”.
Moed Kattan 17a, “Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan
sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota dimana ia tidak
dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”
Menganiaya seorang Yahudi Sama Dengan Menghujat Tuhan dan Hukumannya ialah Mati
Sanhedrin 58b, “Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh”.
Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya”.
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi
Baba Kamma 37b, “Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang
Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi ,jika lembu orang Kanaan
sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu harus
membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”.
Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang milik orang
kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya”. (Ayat ini
ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b),
Sanhedrin 57a, “Tuhan tidak akan mengampuni seorang Yahudi ‘yang
mengawinkan anak-perempuannya kepada seorang tua, atau memungut menantu
bagi anak-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang
milik orang Cuthea (kafir)’ …”.
Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (kafir),
tidak ada hukuman mati, Apa yang sudah dicuri oleh seorang Yahudi boleh
dimilikinya”.
Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”.
Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir”.
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a – 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu”.
Ajaran Gila di dalam Talmud
Gittin 69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu lalu dimakan“.
Shabbath 41a, “Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing dengan cara yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth 63a, ” … Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia berada di Sorga”.
Yebamoth 63a, “…menjadi petani adalah pekerjaan yang paling hina “.
Sanhedrin 55b, “Seorang Yahudi boleh mengawini anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)”.
Sanhedrin 54b, “Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan
anak-perempuan, asalkan saja anak itu berumur di bawah sembilan tahun”.
Kethuboth 11b, “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak perempuan, tidak ada dosanya”.
Yebamoth 59b, “Seorang perempuan yang telah bersetubuh dengan seekor
binatang diperbolehkan menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan
Yahudi yang telah bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kimpoi dengan
seorang pendeta Yahudi”.
Abodah Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada pelacur seorangpun di muka bumi
ini yang belum pernah disetubuhi oleh pendeta Talmud Eleazar”.
Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa tidak akan ada seorang rabbi pun yang akan masuk neraka”.
Baba Mezia 59b, “Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya.
Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut”.
Gittin 70a, “Para rabbi mengajarkan, ‘Sekeluarnya seseorang dari jamban,
maka ia tidak boleh bersetubuh sampai menunggu waktu yang sama dengan
menempuh perjalanan sejauh setengah mil, konon iblis yang ada di jamban
itu masih menyertainya selama waktu itu, kalau ia melakukannya juga
(bersetubuh), maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.
Gittin 69b, “Untuk menyembuhkan penyakit kelumpuhan campur kotoran
seekor anjing berbulu putih dan campur dengan balsem; tetapi bila
memungkinkan untuk menghindar dari penyakit itu, tidak perlu memakan
kotoran anjing itu, karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi
lemas “.
Pesahim 11a, “Sungguh terlarang bagi anjing, perempuan, atau pohon
kurma, berdiri di antara dua orang laki-laki. Karena musibah khusus akan
datang jika seorang perempuan sedang haid atau duduk-duduk di
perempatan jalan “.
Menahoth 43b-44a, “Seorang Yahudi diwajibkan membaca doa berikut ini
setiap hari, ‘Aku bersyukur, ya Tuhanku, karena Engkau tidak menjadikan
aku seorang kafir, seorang perempuan, atau seorang budak belian’ “.
Inilah sebagian kecil dari ayat-ayat hitam Talmud. Setiap hari Sabtu
yang dianggap suci (Shabbath), mereka mendaras Talmud sepanjang hari dan
mengkaji ayat-ayat di atas. Mereka menganggap Yahudi sebagai ras yang
satu-satunya berhak disebut manusia. Sedangkan ras di luar Yahudi mereka
anggap sebagai binatang, termasuk orang-orang liberalis yang malah
melayani kepentingan kaum Zionis.
Kaum Non-Yahudi adalah ‘Sampah’
Semua orang non-Yahudi dari segala ras dan agama apa pun menurut Talmud
adalah super-sampah’, begitu menurut pendiri Habad-Lubavitch, Rabbi
Shneur Zalman. Analisanya ditemukan di dalam majalah Yahudi ‚The New
Republic’, yang dalam analisisnya menyatakan bahwa, “… ada ironi besar
dalam pandangan universalisme messianik yang baru pada gerakan Habad
khususnya pandangannya tentang kaum ’goyyim’ yakni pernyataan Habad yang
tanpa tedeng aling-aling berisi penghinaan bernada rasial terhadap kaum
‘goyyim ‘. …berdasarkan pendapat para theolog Yahudi pada abad
pertengahan – terutama sekali pemikiran penyair dan filosuf Judah
Ha-Levi pada pada abad ke-12 di Spanyol, dan tokoh mistik Yahudi Judah
Loewe pada abad ke-16 di Praha – mereka mencari ketetapan mengenai
keunggulan kaum Yahudi berdasarkan ras dan bukannya pada keunggulan
kerohanian … menurut pandangan mereka, secara mendasar kaum Yahudi itu
lebih unggul atas ras mana pun, dan mengenai hal itu ditegaskan
berulangkali dalam bentuk yang sangat ekstrim oleh Shneur Zalman dari
Lyadi.
Pendiri Lubavitcher-Hasidisme itu mengajarkan, bahwa ada perbedaan
hakiki antara jiwa orang Yahudi dengan jiwa kaum ‘goyyim’, bahwasanya
hanyalah jiwa orang Yahudi yang di dalamnya terdapat dan memancarkan
cahaya kehidupan ilahiyah. Sedangkan pada jiwa kaum ‘goyyim’, Zalman
selanjutnya menyatakan, “sama sekali berbeda, karena terciptanya memang
lebih inferior. Jiwa mereka sepenuhnya jahat, tanpa mungkin diselamatkan
dengan cara apa pun.”